Minggu, 16 Maret 2014

Secarik Kisah Office Girls



           
by : kurnia
Sore itu, Aku duduk di balkon rumah di temani segelas teh hangat. Pandanganku melihat kelangit – langit yang tampak ke orangean. Di balkon Aku hanya bisa merenungi nasibku sebagai seorang sarjana Strata 1 Ilmu Ekonomi. Mungkin pandangan sebagian orang Strata 1 Ilmu Ekonomi lazimnya bekerja di sebuah bank, perusahaan BUMN, dan di dalam sebuah instansi pemerintahan.  Namun presepsi itu hanya fatamorgana bagiku. Aku sekarang hanya bekerja sebagai office boy di sebuah Bank. Walaupun gajiku mungkin pas – pasan, Aku tetap bersyukur dengan hasil kerjaku ini. Setidaknya Aku buka lulusan Sarjana Strata 1 yang terlantar karena tidak mendapatkan pekerjaan. Aku juga sangat beharap adanya perubahan signifikan dengan pekerjaanku.
            Setiap tengah malam, Aku berdoa kepada Allah semoga diberi rezeki yang halal dan di berikan kesehatan di jasmani dan rohani ini untuk melakukan aktifitas hari esok. Tak lupa juga Aku lantunkan ayat – ayat suci Al – Qur’an agar jiwaku serasa tenang dan tidak bimbang dalam menentukan pilihan. Karena dengan cara itulah Aku dapat kuat melalui hari – hariku . Kebiasaan – kebiasaan seperti itu memang sudah Aku wajibkan agar Aku lebih dekat kepada-Nya. Bukan hanya karena jika ada masalah saja Aku lakukan itu. Dalam Keadaan sedih maupun senang, kegiatan itu selalu Aku lakukan.
“Ndok, sebelum pergi ke kantor, mbok ya makan dulu. Ibu sudah menyiapkannya di meja.” Kata Ibu sambil berlalu.
“Nggeh Bu. Aku mandi dulu.” Sahutku.
            Sejak Aku SD sampai sekarang sudah bekerja, Ibu selalu membuatkan anak – anaknya sarapan. Sedangkan Aku anak perempuannya tak pernah sama sekali menyentuhkan tanganku untuk meracik sendiri makananku. Ibu terkadang melarangku karena takut Aku melakukan kesalahan. Ibu juga pernah bilang kepadaku alasan kenapa dia tak membiarkanku memasak untuknya.
“Ndok, ada saatnya kamu memasak. Tapi bukan sekarang. Ibu hanya ingin kamu berfokus pada pekerjaanmu Ndok. Ibu tidak mau merepotkanmu. Selama Ibu masih mampu membuatkanmu sarapan kenapa tidak ?” Kata Ibu.
Aku yang mendengarkan perkataan itu hanya bisa terdiam dan memutar otak sambil bagaimana caranya agar Aku dapat memasak – masakan enak untuknya. Selain itu, Aku pun berusaha keras untuk tidak menceritkan semua masalah yang terjadi pada diriku selama Aku bekerja. Aku hanya terbiasa curhat kepada-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar