Senin, 02 Mei 2011

part 2 jatuh pada sebuah nama

Part 2……( sambungan )

Yah, itulah ciri – ciri Danar si pujaan hatiku. Keimanan dan ketaqwaannyalah yang membuat hatiku ini menjadi deg – deggan, dan kelepek klepek blub bleg blong bleg di buatkannya.

Pagi hari di sebuah taman di dekat kantin sekolah, Aku sedang asyik menikmati bekal yang Aku bawa dari rumah bersama teman – teman sekelasku. Kami semua hanyut dalam pembicaraan mengenai pria idaman. Tiba – tiba, sungguh terkejutnya Aku. Mereka menanyakan hal itu kepada diriku yang jomblo ini. Arrgh,, padahal Aku sangat malu. Yah, wajarlah malu. Harap maklum aja masih SMA dan pikirannya aja masih pendek, dan masih mikirin kesenangan yang sifatnya sesaat. Jadi kalau di tanyain soal pria idaman, masih agak canggung gitu deh.

“Pria idamanku adalah seorang yang soleh, dapat menjadi pemimpin bagi keluarganya, dan ganteng luar dalam.” Seruku.

Mereka semua tercengang mendengarnya. Tiba – tiba Imah bertanya kepadaku.

“Yang kamu maksud ganteng luar dalam itu apaan sih ? Aku bingung ! Kalo dari luarnya sih bisa di lihat gantengnya. Tapi, kalo di dalamnya apanya yang di lihat ?.” Tanyanya kepadaku.

Aku pun menjawab pertanyaannya.

“ Yang ku maksud ganteng di dalam itu, akhlaqnya baik, sikapnya baik, dan tutur katanya nggak kasar. Itulah pria idaman yang ideal di mataku. Karena bagiku ganteng atau tidaknya seseorang bukanlah suatu hal yang perlu di permasalahkan dalam percintaan. Ini di karenakan kegantengan wajah dapat hilang di makan umur, sedangkan akhlaq bagaikan bunga yang selalu mekar setiap saat. ” Kataku singkat. (Subhanallah ! )

Setelah mendengar penjelasan dariku, mereka semua pun mengangguk - anggukkan kepala mereka sebagai clue bahwa mereka mengerti dengan apa yang Aku jelaskan.

* * * * * * * *

Keesokkan harinya,

Matahari masih malu – malu menampakkan sinarnya pagi ini. Burung – burung yang gemar berkicauan pun belum tampak bertengger pada dahan akasia di tepi jalan. Ku langkahkan kaki dengan perlahan melawan arah angin sepoi – sepoi, yang meniup jilbabku yang seolah – olah ingin terbang ke angkasa. Dari kejauhan jalan, tampak seorang pria bersepeda motor menghampiriku.

“ Hai cewek, naik ke motorku yuk ? “ Kata pria itu.

Aku pun terkejut. Setengah percaya, setengah tidak. Rupanya orang bermotor itu adalah Danar ? Pujaan hatiku.

Sungguh pertemuan yang tak ku sangka. Ia datang dengan sendirinya. Tapi ? Aku masih ragu dengan sikapnya padaku. Sampai – sampai, sejak ia mengajakku naik ke motornya, Aku melamun. Ia pun menyadarkanku dalam lamunan yang penuh kecurigaan ini.

“ Sari ? Kok bengong sih ? Ayo cepat naik. Udah jam berap nih ? “ Katanya membujukku.

Aku masih ragu, Aku takut ini menjadi sebuah berita murahan yang pastinya akan di bicarakan setiap siswa di sekolah pagi ini. Aku menolaknya dengan halus.

“Maaf ya Danar ? Bukannya aku tidak mau berboncengan denganmu, Aku mendapatkan tugas mengarang dari guru Bahasa Indonesiaku. Temanya perjalanan ke sekolah. Jadi, waktu pergi sekolah saat inilah yang Aku manfaatkan untuk mencari ide tersebut. “ Kataku menjelaskannya kepada Danar.

Akhirnya, Danar pun mengangguk. Ia lalu menancapkan gas motornya menuju sekolah. “Alhamdulillah.” Ucapku dalam hati.

Bersambung…..