Sore itu, Aku duduk di balkon
rumah di temani segelas teh hangat. Pandanganku melihat kelangit – langit yang
tampak ke orangean. Di balkon Aku hanya bisa merenungi nasibku sebagai seorang
sarjana Strata 1 Ilmu Ekonomi. Mungkin pandangan sebagian orang Strata 1 Ilmu
Ekonomi lazimnya bekerja di sebuah bank, perusahaan BUMN, dan di dalam sebuah
instansi pemerintahan. Namun presepsi
itu hanya fatamorgana bagiku. Aku sekarang hanya bekerja sebagai office boy di
sebuah Bank. Walaupun gajiku mungkin pas – pasan, Aku tetap bersyukur dengan
hasil kerjaku ini. Setidaknya Aku buka lulusan Sarjana Strata 1 yang terlantar
karena tidak mendapatkan pekerjaan. Aku juga sangat beharap adanya perubahan
signifikan dengan pekerjaanku.
Setiap
tengah malam, Aku berdoa kepada Allah semoga diberi rezeki yang halal dan di
berikan kesehatan di jasmani dan rohani ini untuk melakukan aktifitas hari
esok. Tak lupa juga Aku lantunkan ayat – ayat suci Al – Qur’an agar jiwaku
serasa tenang dan tidak bimbang dalam menentukan pilihan. Karena dengan cara
itulah Aku dapat kuat melalui hari – hariku . Kebiasaan – kebiasaan seperti itu
memang sudah Aku wajibkan agar Aku lebih dekat kepada-Nya. Bukan hanya karena
jika ada masalah saja Aku lakukan itu. Dalam Keadaan sedih maupun senang,
kegiatan itu selalu Aku lakukan.
“Ndok,
sebelum pergi ke kantor, mbok ya makan dulu. Ibu sudah menyiapkannya di meja.”
Kata Ibu sambil berlalu.
“Nggeh
Bu. Aku mandi dulu.” Sahutku.
Sejak
Aku SD sampai sekarang sudah bekerja, Ibu selalu membuatkan anak – anaknya
sarapan. Sedangkan Aku anak perempuannya tak pernah sama sekali menyentuhkan
tanganku untuk meracik sendiri makananku. Ibu terkadang melarangku karena takut
Aku melakukan kesalahan. Ibu juga pernah bilang kepadaku alasan kenapa dia tak
membiarkanku memasak untuknya.
“Ndok,
ada saatnya kamu memasak. Tapi bukan sekarang. Ibu hanya ingin kamu berfokus
pada pekerjaanmu Ndok. Ibu tidak mau merepotkanmu. Selama Ibu masih mampu
membuatkanmu sarapan kenapa tidak ?” Kata Ibu.
Aku yang mendengarkan perkataan
itu hanya bisa terdiam dan memutar otak sambil bagaimana caranya agar Aku dapat
memasak – masakan enak untuknya. Selain itu, Aku pun berusaha keras untuk tidak
menceritkan semua masalah yang terjadi pada diriku selama Aku bekerja. Aku
hanya terbiasa curhat kepada-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar